
Gawai Dayak merupakan ungkapan syukur kepada Jubata (Pencipta alam) karena memberikan napas bagi kehidupan. Saat Gawai berlangsung, masyarakat Dayak akan berkumpul di kampung mengadakan kegiatan bersama, seperti makan bersama dan saling mengunjungi satu keluarga ke keluarga lainnya. Kesempatan itu jarang terjadi jika saat musim menanam padi atau berladang.
Dahulu Gawai diadakan di banyak tempat secara bergantian seusai panen raya. Karena banyak tempat yang mengadakan, menjadi boros dan membuang waktu begitu saja. “Namun sejak usai peristiwa pemberantasan Pasukan Gerilya Rakyat Sarawak dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (PGRS-PARAKU), Gawai Dayak diputuskan oleh Pemerintah Provinsi Kalbar diadakan bertepatan dengan hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei,” katanya.
Sementara dalam beberapa literatur diperoleh informasi, pengambilan tanggal 20 Mei selain bertepatan dengan hari Kebangkitan Nasional juga karena mengingat SK Gubernur Kadarusno tahun 1976, tentang Pengaturan Gawai (Pesta Padi) masyarakat Dayak di Kalimantan Barat.
Gubernur Kalbar Cornelis saat membuka Gawai Dayak pada tahun 2012, mengatakan, acara tersebut digelar setiap tanggal 20 Mei bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional supaya orang Dayak bisa bangkit dari kemiskinan. “Oleh pemerintah zaman dahulu ditetapkan tanggal 20, supaya tidak terjadi pemborosan dan supaya kita bisa menanam padi,” katanya.
Kini, Gawai Dayak yang biasanya diisi dengan berbagai kegiatan kesenian dan pesta rakyat masih digelar tiap tanggal 20 Mei dan berlangsung selama empat hari, baik itu di masyarakat Dayak yang bermukim di pedalaman, perbatasan, maupun yang kini tinggal di perkotaan, seperti Pontianak. Begitu juga di Ketungau Hulu juga sangat ramai acara gawainya, namun khusus untuk Desa Senaning tidak melaksanakan Gawai Dayak karena mayoritas berpenduduk melayu campuran, namun saling mengunjungi (ngabang) ke krabat didesa sekitar tetap terjalin.(dee)
GIMANA DENGAN JALAN KETUNGGAU HULU?
MANA JANJI SEMUA PEMIMPIN KALBAR?
KAMI BUTUH BUKTI
BUKAN OMONG KOSONG